Kamis, 26 Mei 2011

Antara Ilmu Dan Harta

Dalam sebuah hadits, Rasulullâh pernah bersabda : “Anâ madînatul ‘ilmi wa ‘aliyyun bâbuhâ. Akulah kota ilmu dan ‘Ali-lah pintunya. Ketika kaum Khawârij mendengar hadits ini, mereka merasa iri dan membenci Imam ‘Ali.

Kemudian mereka memilih sepuluh pakar dan pembesarnya untuk melakukan dialog dengan Imam Ali.

Mereka sepakat untuk memberikan satu pertanyaan yang sama kepada beliau. Apabila beliau mampu menjawab pertanyaan mereka dengan jawaban yang beda satu sama lain, maka mereka akan menganggap beliau sebagai seorang yang pintar seperti yang pernah disabdakan Nabi saw.

Maka datanglah orang yang pertama dari Khawârij itu dan bertanya,
“Hai Ali! Manakah yang lebih utama, ilmu atau harta?”
“Ilmu lebih utama daripada harta” jawab Imam Ali
“Apa alasannya?” tanya orang tersebut
“Ilmu adalah warisan para nabi sedangkan harta adalah warisan Qârun, Syadâd, dan Fir’aun dan yang lainnya ” jawab Imam Ali. Orang itu pun pergi setelah mendengar jawaban tersebut.

Kemudian datanglah Khawârij kedua dan menanyakan pertanyaan yang sama, dan Imam Ali pun menjawab,

“Ilmu lebih utama daripada harta” jawab Imam Ali
“Apa alasannya?” tanya orang tersebut
“Harta itu harus dijaga olehmu sedangkan ilmu akan menjagamu” Kemudian orang itu pun pergi setelah mendengar jawaban tersebut.

Setelah itu, orang ketiga dari mereka menemui Imam Ali dan menanyakan pertanyaan yang sama, dan Imam Ali pun menjawab,
“Ilmu lebih utama daripada harta” jawab Imam Ali
“Apa alasannya?” tanya orang tersebut.
“Pemilik harta itu akan mempunyai musuh yang banyak, sedangkan pemilik ilmu mempunyai teman yang banyak”. Kemudian orang itu pun pergi setelah mendengar jawaban tersebut.

Kemudian datanglah Khawarij yang keempat menanyakan pertanyaan yang sama, Imam Ali menjawab,

“Ilmu lebih utama daripada harta” jawab Imam Ali
“Apa alasannya?” tanya orang tersebut.
“Jika engkau menggunakan harta itu maka harta itu pun akan berkurang, sedangkan jika ilmu yang kau punyai kau gunakan maka ilmu itu pun akan bertambah”. Setelah mendengar jawaban tersebut, orang itu pun pergi.

Setelah itu utusan kelima dari mereka mendatangi Imam Ali dan mengajukan pertanyaan yang sama maka beliau pun menjawab,
“Ilmu lebih utama daripada harta” jawab Imam Ali
“Apa alasannya?” tanya orang tersebut.
“Pemilik harta dipanggil dengan sebutan si kikir dan sebutan yang tercela, sedangkan pemilik ilmu
dipanggil dengan nama keagungan dan kemuliaan”. Setelah puas dengan jawaban itu, ia pun pergi.

Kemudian datanglah orang keenam menanyakan hal yang sama, dan Imam Ali pun menjawab,
“Ilmu lebih utama daripada harta” jawab Imam Ali
“Apa alasannya?” tanya orang tersebut.
“Harta itu harus dijaga dari pencuri, sedangkan ilmu tidak perlu dijaga darinya”. Setelah puas dengan
jawaban beliau, orang itupun pergi.

Orang ketujuh dari mereka datang menemui Imam Ali dengan mengajukan pertanyaan yang sama,
maka beliau pun menjawab,
“Ilmu lebih utama daripada harta” jawab Imam Ali
“Apa alasannya?” tanya orang tersebut.
“Pemilik harta itu akan dihisab pada hari kiamat, sedangkan pemilik ilmu akan diberi syafa’at pada hari
itu”. Setelah mendengar jawaban tersebut, ia pun pergi

Setelah itu utusan kedelapan dari mereka menemui Imam Ali kw dengan pertanyaan yang sama, beliau menjawab,
“Ilmu lebih utama daripada harta” jawab Imam Ali
“Apa alasannya?” tanya orang tersebut.
“Harta akan menyusut dengan lama disimpan dan dimakan waktu, sedangkan ilmu takkan pernah aus dan takkan pernah binasa”Kemudian ia pun pergi setelah mendapat jawabannya.

Kemudian datanglah utusan kesembilan dan menanyakan pertanyaan yang sama, Imam Ali pun menjawab,
“Ilmu lebih utama daripada harta” jawab Imam Ali
“Apa alasannya?” tanya orang tersebut.
“Harta itu dapat mengeraskan hati, sedangkan ilmu dapat menerangi hati”. Setelah mendengar jawaban tersebut, ia pun kembali pada kaumnya.

Akhirnya, mereka mengirim utusan terakhir untuk menanyakan pertanyaan yang sama, maka Imam Ali kw menjawab,

“Ilmu lebih utama daripada harta” jawab Imam Ali
“Apa alasannya?” tanya orang tersebut.
“Pemilik harta suka mengakui dirinya sebagai raja, sedangkan pemilik ilmu mengakui dirinya sebagai seorang hamba”

Kemudian Khawârij yang kesepuluh inipun pergi dan Imam Ali kw berkata,

“Jika sekiranya mereka masih menanyakan hal yang sama lagi, maka saya akan menjawabnya dengan jawaban yang berbeda pula selama saya masih hidup”.

Setelah melakukan dialog ini, sepuluh Khawarij itu pun datang untuk menyerahkan diri dan mereka percaya bahwa Imam Ali kw adalah benar-benar seorang yang ‘alim.

Dari kisah diatas, kita bisa mengambil hikmah bahwa begitu berharga dan tingginya nilai suatu ilmu dibanding dengan tumpukan harta. Begitu tingginya nilai ilmu, Imam Ali pernah berkata : “Anâ ‘abdun liman ‘allamanî harfan”. ” Aku adalah hamba bagi orang yang mengajarkan ilmu walaupun satu huruf”.

Adapun mengenai lemahnya harta, seorang ulama sufi, Imam Hasan al-Bashri pernah mengatakan

bahwa esensi harta itu adalah sesuatu yang halalnya akan dihisab dan haramnya akan disiksa, halâluhû hisâb wa harâmuhû adzâb. Kisah diatas juga mengingatkan kita untuk lebih giat lagi mencari dan menelusuri ilmu-ilmu yang bisa bermanfaat bagi kita sepanjang masa. Dan tentunya niat kita dalam mencarinya pun harus dilandasi dengan kemurnian hati untuk memperoleh ridha-Nya dan menggapai ketenteraman jiwa dalam menghambakan diri kepada-Nya.

Wallâhu a’lam bish-shawâb.

(dikutip dari buku ” Ushfuriyah (Burung-burung Kehidupan)” karya Muhammad bin Abu Bakar Al ‘Ushfuri)
 
Copyright 2009 Catatanku. Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress by Wpthemescreator
Download Royalty free images without registering at Pixmac.com